SOKOGURU, JAKARTA- Sektor industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 6,95% pada triwulan I tahun 2025, lebih tinggi dibanding capaian periode yang sama tahun 2024 sebesar 5,90%.
Untuk itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu kinerja sektor tersebut agar dapat memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.
Adapun nilai ekspor industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki sepanjang Januari hingga Maret 2025 mencapai USD2,26 miliar atau meningkat 12,25% dibanding periode triwulan I tahun 2024.
Baca juga: Kemenperin Optimalkan Sentra IKM Kulit di Yogyakarta, Ekspor Produk Kulit RI Naik 8 Persen
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Andi Rizaldi, mengatakan hal itu di Jakarta dalam keterangan Kemenperin, Rabu, 25 Juni 2025.
“Hal itu menunjukkan sektor ini memiliki potensi dan peluang untuk terus dikembangkan. Tahun 2025, proyeksi pertumbuhan diprediksi mencapai 6,5%, didorong oleh permintaan pasar global dan kebijakan hilirisasi dalam negeri,” katanya.
Salah satu daerah yang berpotensi untuk pengembangan sentra industri kecil dan menengah (IKM) sektor kulit, sambung Andi, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) khususnya di wilayah Bantul dan Keparakan. Namun demikian, para pelaku IKM setempat masih menghadapi sejumlah tantangan, antara lain kurangnya keterampilan teknis, minimnya peralatan modern, hingga lemahnya akses ke pasar yang lebih luas.
Baca juga: Kemenperin akan Latih Tenaga Kerja Sri Lanka dalam Pengolahan Kulit dan Alas Kaki
Untuk itu, Kemenperin melalui Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kulit, Karet dan Plastik (BBSPJIKKP) Yogyakarta bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi DIY menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Teknik Produksi bagi 40 peserta dari IKM Kulit di wilayah Yogyakarta.
Kegiatan yang berlangsung mulai 2-23 Juni 2025 itu difasilitasi oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik dari Kemenperin.
Pelatihan itu juga menjadi bagian dari strategi pemerintah dalam mendorong IKM naik kelas, melalui penguasaan keterampilan teknis yang disertai sertifikasi kompetensi.
Baca juga: Sentra Kerajinan Kulit Piazza Firenze Bisa Dongkrak Pariwisata Garut
“Ketika SDM sektor IKM menjadi kompeten, otomatis daya saing produknya akan meningkat. Ini sejalan dengan arahan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) dan Kebijakan Industri Nasional (KIN), bahwa pembangunan industri tidak boleh lepas dari pembangunan manusianya,” imbuh Andi.
Pelatihan 70% praktik
Adapun pelatihan dilaksanakan secara tatap muka yang terdiri dari 30% penyampaian materi dan 70% praktik langsung. Pembukaan pelatihan dilakukan di BBSPJIKKP, dilanjutkan dengan praktik di Balai Diklat Industri (BDI) Yogyakarta. Penutupan pelatihan digelar di Ndalem Kulit Jogja, yang merupakan UPTD untuk pengembangan sentra IKM kulit di Manding, Bantul.
Kepala BBSPJIKKP Hagung Eko Pawoko menjelaskan, pada pelatihanselama tiga minggu itu, para peserta diberikan materi terkait teknik pemilihan bahan kulit, proses produksi yang efisien, pengendalian mutu, serta pengenalan teknologi tepat guna dalam industri kulit.
Sebagai lanjutan dari pelatihan, seluruh peserta juga akan mengikuti sertifikasi kompetensi sebagai bentuk pengakuan terhadap kemampuan yang telah mereka peroleh selama pelatihan.
“Kurikulum pelatihan ini telah disusun berdasarkan unit kompetensi dalam SKKNI yang relevan dengan kebutuhan industri alas kaki masa kini,” tuturnya.
Hagung berharap 40 peserta yang mengikuti pelatihan itu mampu meningkatkan keterampilan produksinya yang tidak hanya unggul dari sisi desain, tetapi juga berkualitas dan kompetitif di pasar domestik maupun ekspor.
Sebabnya, pelatihan itu diisi oleh instruktur dari BBSPJIKKP yang memiliki kompetensi teknis dan pengalaman di bidang industri kulit.
“Melalui pelatihan ini, para peserta diharapkan memiliki kemampuan berproduksi yang baik dan sesuai standar industri, sehingga dapat menghasilkan produk kulit yang berkualitas dan mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun ekspor,” imbuh Hagung.
Kegiatan itu sekaligus menjadi wujud nyata sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan balai besar dalam mendukung pengembangan sektor IKM, khususnya di bidang kulit.
“Kami berharap melalui pelatihan berkelanjutan seperti ini, produk kulit DI Yogyakarta semakin dikenal luas karena kualitasnya yang unggul, inovatif, dan sesuai dengan tren pasar,” pungkasnya. (SG-1)